Jerat Fakta | Teluk Bintuni – Seorang perempuan Papua dari Suku Irarutu, Katrina Surinde, yang berdomisili di Distrik Aroba, Kampung Yaru, menyuarakan aspirasi mewakili perempuan dari 7 suku asli Teluk Bintuni kepada pemerintah daerah.
Dalam pernyataannya, ia meminta agar Bupati dan Wakil Bupati Teluk Bintuni lebih memperhatikan kondisi Pasar Sentral Bintuni yang saat ini dinilainya semakin memprihatinkan.
Katrina menyampaikan bahwa dirinya setiap hari berjualan hasil kebun seperti pisang, daun kasbi, jantung pisang, dan garnison, namun daya beli masyarakat sangat rendah.
Ia mengeluhkan bahwa banyak pembeli hanya datang membeli satu atau dua jenis barang, dan sisanya tidak laku hingga akhirnya harus dibawa pulang atau dibagikan kepada keluarga.
Ia juga menyoroti kehadiran pedagang dari luar Bintuni, yang menurutnya semakin mempersempit ruang usaha bagi mama-mama Papua.
“Banyak bukan asli 7 suku yang berjualan di Pasar Bintuni. Kadang pembeli hanya cukup beli dari mereka satu dua saja, dan kami tidak laku,” ujarnya dengan nada kecewa. Senin, (02/06/2025).
Menurutnya, kondisi pasar saat ini juga sangat kotor dan tidak nyaman. Ia menyayangkan sikap sebagian masyarakat yang membuang ludah pinang dan sampah sembarangan, serta adanya orang mabuk yang sering membuat keributan.
Ia menilai hal ini terjadi karena tidak adanya petugas khusus yang menjaga ketertiban dan kebersihan pasar.
Karena itu, Katrina meminta agar pemerintah melalui dinas terkait segera melakukan penataan dan pengawasan pasar.
Ia juga mendorong agar DPRK Kabupaten Teluk Bintuni menyusun Peraturan Daerah (Perda) yang dapat melindungi hak-hak pedagang lokal dan menjaga ketertiban Pasar Sentral Bintuni.
Dalam kesempatan itu, Katrina menyampaikan harapannya kepada Bupati Teluk Bintuni, Yohanis Manibuy, agar membatasi masuknya pedagang dari luar daerah, terutama dari Ransiki, yang kerap menjual sayuran dan buah-buahan dalam jumlah besar di pasar lokal.
“Mama-mama Papua sudah jual garnison, gedi, dan sayuran. Kenapa dari luar masih datang jual juga? Kasih kesempatan kami di sini dulu,” ungkap Katrina tegas.
Ia berharap saudara-saudara dari Nusantara bisa mengisi kebutuhan pasar dengan barang lain yang belum dijual oleh masyarakat lokal.
Katrina juga menekankan pentingnya pemberdayaan petani dan pedagang lokal agar roda ekonomi dapat berputar di dalam wilayah Kabupaten Teluk Bintuni.
“Kalau kami yang kelola, uang berputar di sini, bukan lari keluar,” ujarnya sambil berharap pemerintah dapat mendukung sektor pertanian masyarakat 7 suku dan warga lokal lainnya.
Katrina berharap ada dialog langsung antara pemerintah daerah, dinas teknis, dan para pedagang lokal, untuk menyusun solusi jangka panjang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat adat Bintuni.
“Pasar ini harus jadi tempat yang bersih, aman, dan menguntungkan bagi kami semua,” pungkasnya.
Pewarta (Roberto Yassie)
Editor (Redaksi)