Jerat Fakta | Merauke, Papua Selatan – Pelabuhan Merauke tempat sandarnya kapal Pelni Penumpang maupun Kapal Carga Kontainer merupakan pusat perekonomian di Proses Papua Selatan.
Oleh karena itu butuh dorongan sebagai proyek strategis yang mampu membawa perubahan besar bagi Papua Selatan.
Selain menjadi simpul transportasi laut, pelabuhan ini juga disiapkan untuk menunjang program lumbung pangan nasional yang sedang digagas pemerintah pusat.
Pelabuhan Merauke diharapkan menjadi jawaban atas persoalan isolasi wilayah yang selama ini dialami masyarakat di Papua Selatan.
Dengan infrastruktur pelabuhan yang lebih modern, arus barang, logistik, maupun mobilitas masyarakat dapat berjalan lebih lancar.
Kepala KSOP (Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan) Merauke, Capt. Julivan Charlie L. Salindeho, menegaskan bahwa pelabuhan bukan sekadar bangunan fisik, tetapi instrumen vital untuk meningkatkan konektivitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurutnya, pelabuhan Merauke akan menjadi kunci dalam mendukung program lumbung pangan nasional. Dengan target pemerintah mencetak sejuta hektare sawah, pelabuhan ini akan berfungsi sebagai jalur utama distribusi hasil pertanian dari Papua Selatan ke berbagai daerah di Indonesia.
“Pelabuhan Merauke adalah motor penggerak perubahan perekonimian daerah. Dari sinilah distribusi pangan bisa berjalan efektif dan kebutuhan nasional dapat terpenuhi,” ujar Capt. Julivan kepada wartawan di ruang kerjanya. Kamis, (02/10/2025).
Selain pangan, potensi energi dan sumber daya alam lain yang melimpah di Papua Selatan juga akan lebih mudah dikembangkan dengan adanya pelabuhan modern.
Hal ini diyakini akan membuka ruang investasi baru bagi sektor industri pengolahan maupun perdagangan.
Lebih jauh, Capt. Julivan menekankan bahwa pembangunan pelabuhan ini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
Status tersebut membuat pembangunan pelabuhan Merauke mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat dalam hal anggaran dan kebijakan.
Pelabuhan ini nantinya juga akan memperkuat kehadiran armada Tol Laut yang diinisiasi pemerintah. Kehadiran Tol Laut dianggap penting untuk menekan disparitas harga barang di Papua Selatan serta mempercepat distribusi kebutuhan pokok.
“Tol Laut harus benar-benar hadir di Merauke. Dengan begitu, masyarakat bisa merasakan langsung manfaat pembangunan dalam bentuk harga barang yang lebih murah dan akses transportasi yang lebih mudah,” tegasnya.
Tak hanya itu, pelabuhan juga akan mendukung penyediaan sarana transportasi laut yang lebih terjangkau bagi masyarakat. Mobilitas manusia, barang, dan jasa diproyeksikan akan semakin terbuka, sehingga keterisolasian wilayah Papua Selatan dapat teratasi.
Namun, Capt. Julivan mengingatkan bahwa pembangunan pelabuhan tidak bisa berdiri sendiri.
Ia menekankan pentingnya dukungan menyeluruh dari berbagai pihak, baik dalam bentuk kebijakan, finansial, infrastruktur penunjang, maupun peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
“Stakeholder pelabuhan membutuhkan sinergi dan kolaborasi. Pemerintah, operator, pengguna jasa, dan masyarakat harus berjalan bersama agar pembangunan ini benar-benar berhasil,” jelasnya.
Menurutnya, SDM lokal harus diberdayakan secara maksimal. Tanpa SDM yang mumpuni, pelabuhan hanya akan menjadi proyek fisik semata yang tidak memberi dampak jangka panjang bagi masyarakat sekitar.
Capt. Julivan juga berharap masyarakat Merauke dapat terlibat aktif dalam menjaga dan mendukung pelabuhan.
“Kehadiran pelabuhan diharapkan bisa menciptakan lapangan kerja baru, menggerakkan UMKM, dan memberi peluang bagi usaha-usaha lokal untuk berkembang,” harapnya.
Dengan berbagai program strategis yang digulirkan, Pelabuhan Merauke diyakini akan menjadi motor penggerak kebangkitan Papua Selatan.
“Dari sinilah Papua Selatan diharapkan bangkit, bukan hanya sebagai lumbung pangan nasional, tetapi juga sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di ujung timur Indonesia,” pungkasnya.
(Redaksi)