Jerat Fakta | Merauke – Papua Selatan – Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kelas III Bade terus memberikan pelayanan penerbangan perintis bagi masyarakat di wilayah pedalaman. Saat ini, maskapai yang melayani penerbangan subsidi di Bandara Bade adalah Susi Air dan Smart Aviation dengan rute Bade – Merauke, Bade – Tanah Merah, dan Bade – Kepi.
Kehadiran bandara ini sangat vital karena menjadi akses utama transportasi udara bagi masyarakat Kabupaten Mappi dan sekitarnya.
Dengan jadwal penerbangan yang cukup memadai, Bandara Bade menjadi penopang mobilitas manusia dan barang. Namun, di balik itu, infrastruktur bandara masih sangat terbatas sehingga perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut.
Kepala UPBU Kelas III Bade, Ibu Ari, menyampaikan bahwa perpanjangan runway menjadi kebutuhan mendesak untuk menunjang pelayanan penerbangan.
“Pengembangan Bandara Bade sangat penting untuk menunjang transportasi dan perekonomian masyarakat. Animo masyarakat sangat tinggi untuk menggunakan transportasi pesawat udara, namun karena adanya keterbatasan runway yang masih 600 sehingga pelayanan penumpang dan barang belum maksimal, katanya.(03/10/2025).
Ia menambahkan, keterbatasan panjang landasan membuat barang-barang milik masyarakat maupun kebutuhan logistik sering menumpuk di gudang bandara. Kondisi ini menyebabkan distribusi tidak berjalan lancar.
“Kalau ada perpanjangan runway, tentu akan lebih mudah melayani kebutuhan masyarakat,” lanjutnya.
Selain itu, faktor keamanan dan keselamatan penerbangan juga menjadi perhatian utama. Menurut Ari, pengembangan infrastruktur bandara tidak hanya untuk kenyamanan, tetapi juga demi menghindari risiko kejadian yang tidak diinginkan.
Pihaknya berharap adanya dukungan penuh dari pemerintah pusat maupun daerah dalam hal pengembangan fasilitas bandara. Ari menegaskan, pembangunan infrastruktur bandara harus sejalan dengan koordinasi pembebasan lahan di sekitar kawasan.
“Pemerintah daerah sangat kami harapkan perannya, terutama terkait pembebasan lahan. Karena kalau pemerintah pusat ingin membangun, syarat utamanya adalah ketersediaan lahan,” jelasnya.
Ia juga menyebutkan, dukungan dari pemerintah daerah setempat sudah ada, namun belum terealisasi untuk pembayaran lahan guna pengembangan bandara bade.
“Kami berharap tahun depan pemerintah bisa membantu. Saat ini runway hanya 600 x 18 meter, dan permintaan kami pada tahap pertama agar bisa diperpanjang menjadi 900 meter,” paparnya.
Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah sangat dibutuhkan. Tanpa sinergi tersebut, pelayanan melalui Bandara Bade akan tetap terbatas dan belum bisa maksimal.
Ia juga memahami bahwa pemerintah daerah memiliki prioritas penting lainnya, seperti pembangunan pendidikan dan kesehatan. Namun, menurutnya, pembangunan bandara juga tidak kalah penting karena menyangkut akses dasar masyarakat.
“Kami memang berada di daerah yang dianggap terpencil, tapi pelayanan transportasi udara tidak bisa ditawar. Harapannya, dengan infrastruktur yang lebih baik, pelayanan kepada masyarakat bisa semakin maksimal,” tutupnya.
(Redaksi)