Jerat Fakta | Manokwari – Menembus Batas Lewat Pertukaran Pemuda.
Manokwari – Tak pernah benar-benar direncanakan, namun justru dari “iseng-iseng” itulah langkah Matius Pilamo Siep menuju panggung nasional dimulai.Ujarnya Melalui Pesan WhatsApp Kepada Media Jerat Fakta Sabtu malam. (4/9/2025)
Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian dan Biosistem di Universitas Papua (UNIPA) ini kini resmi menjadi wakil Papua Barat dalam ajang Pertukaran Pemuda Antar Provinsi (PPAP) 2025, dan akan ditempatkan di Zona Kalimantan, tepatnya Kalimantan Tengah.
“Saya waktu itu hanya mencoba ikut seleksi, tanpa persiapan apa pun. Awalnya saya malah berniat meliput acaranya sebagai reporter,” ujar Matius sambil mengenang proses awal dirinya terlibat dalam program ini.
Bagi Matius, keterlibatannya dalam PPAP bukan semata karena ambisi, tapi berangkat dari rasa ingin tahu dan keinginan untuk terus belajar.
Ia memang dikenal aktif di berbagai bidang: akademik, organisasi, hingga jurnalistik.
Selain sebagai mahasiswa, Matius juga merupakan reporter TribunPapuaBarat.com.
Ketika informasi seleksi PPAP diumumkan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Papua Barat Matius mendaftar melalui link yang diberikan oleh temannya, Albert Kambia.
Namun, Ia hanya mencoba tanpa ada persiapan yang matang untuk mengikuti seleksi sekaligus membuat liputan.
“Prestasi yang saya raih ini hanya karena saya selalu menanamkan rasa ingin tahu dan belajar. Itu yang membuat saya terus mencoba berbagai hal. Apalagi ini kesempatan bagi pemuda Papua,” tuturnya.
Proses seleksi yang ia ikuti ternyata membawa hasil yang tak disangka.
Matius diumumkan sebagai peringkat kedua dalam seleksi tingkat provinsi, dan diminta segera menyiapkan berkas-berkas administratif seperti SKCK, sertifikat, piagam penghargaan, serta proposal pengabdian.
Beruntung, sebagai pemuda yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan akademik, semua dokumen itu sudah siap.
“Hanya SKCK yang harus saya urus,”katanya.
Ia pernah mengikuti Magang di Kementerian Pertanian, meraih Juara 3 dalam Pekan Teknik Pertanian se-Indonesia 2023 di Manado, serta terlibat dalam berbagai program pengabdian masyarakat, baik melalui MBKM maupun KKN.
“Karena saya aktif di banyak kegiatan, berkas-berkas seperti itu sudah saya punya semua. Bahkan untuk proposal pengabdian, saya sudah terbiasa membuatnya karena sering terlibat dalam kegiatan serupa,” jelasnya.
Selain itu, Matius juga memegang berbagai posisi penting di organisasi kemahasiswaan.
Ia pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian dan Biosistem (HIMATETA), Ketua BEM Fakultas Teknologi Pertanian, Wakil Menteri Komunikasi dan Informasi BEM UNIPA dan Bendahara Persekutuan Katolik Jayawijaya (PKJ) Manokwari.
Ia juga menjadi anggota aktif di organisasi seperti UKM-KMK dan Amnesty Chapter UNIPA, menjadikan dirinya sebagai salah satu pemuda Papua Barat dengan portofolio organisasi yang sangat kuat.
Matius Pilamo Siep adalah anak asli Suku Dani dari Wamena, Jayawijaya, yang saat ini menempuh pendidikan di Manokwari.
Ia berharap, pengalaman dalam PPAP ini bisa menjadi media untuk menggali potensi yang ada di Kalimantan Tengah zona penempatannya sekaligus membawa ilmu dan inspirasi itu kembali ke Papua.
“Saya ingin mengaplikasikan pengalaman ini ke daerah asal saya. Setiap daerah punya potensi, tinggal bagaimana kita menggali dan mengembangkan dengan pendekatan yang tepat,” katanya.
Lebih dari itu, ia juga menaruh perhatian pada minimnya partisipasi pemuda Papua dalam program-program pengembangan kapasitas.
Menurutnya, banyak anak muda Papua sebenarnya memiliki potensi besar, namun kerap merasa ragu untuk mencoba.
“Terkadang kita orang Papua enggan berusaha. Padahal kesempatan itu ada. Teman-teman yang lahir dan besar di Papua seringkali punya peluang lebih, tinggal bagaimana memanfaatkan itu dengan sungguh-sungguh,” tegas Matius.
Matius kini bersiap menjalani peran barunya sebagai duta pemuda Papua Barat dalam PPAP 2025.
Ia akan menjalani masa tinggal di Kalimantan Tengah, sementara Sahara rekan sesama peserta dari UNIPA akan mewakili putri Papua Barat di Zona Bali.
Keduanya bukan hanya membawa nama provinsi, tetapi juga semangat baru bahwa anak-anak muda Papua mampu dan pantas berdiri di tingkat nasional, bersaing sejajar dengan pemuda dari seluruh Indonesia.
(Marten Srekrefat)












