Hari Lahir Mambesak: Ingatan Kolektif Bangsa Melanesia

Jerat Fakta | Manokwari – Hari ini rakyat Papua memperingati 47 tahun berdirinya Grup Musik Mambesak, yang secara resmi dibentuk pada 5 Agustus 1978 di Abepura. Grup ini dikenal sebagai pelopor pelestarian musik dan budaya asli Papua di tengah ancaman modernisasi dan tekanan politik pasca integrasi dengan Republik Indonesia tahun 1963.

Kesaksian berdirinya grup legendaris ini masih hidup hingga kini melalui sosok Drs. Thontje Wolas Krenak, serta sebuah mesin ketik bersejarah yang masih tersimpan rapi di Gedung Loka Budaya Universitas Cenderawasih, Abepura-Jayapura. Kedua peninggalan ini menjadi simbol penting kelahiran dan perjuangan Mambesak dalam menghidupkan kembali identitas kultural Orang Asli Papua.

Dipimpin oleh almarhum Arnold Clemens Ap, BA, Mambesak membawa angin baru dalam dunia musik Papua. Dengan menggali musik dan tarian tradisional dari berbagai suku di Tanah Papua, grup ini menjadi wadah penguatan identitas Melanesia yang sempat terancam hilang akibat sentralisasi kebudayaan nasional.

Namun, perjalanan mereka tidak tanpa tragedi. Pada tahun 1984, Arnold Ap dan rekannya, Eduard Mofu, tewas secara tragis. Hingga hari ini, belum ada investigasi resmi baik secara pidana maupun hak asasi manusia yang dilakukan oleh negara untuk mengungkap kebenaran di balik kematian mereka. Peristiwa ini meninggalkan luka sejarah mendalam di hati rakyat Papua.

Meski demikian, semangat Mambesak terus hidup. Karya-karya mereka menjadi pengingat kuat bahwa musik dapat menjadi alat perjuangan yang lembut namun tajam. Lagu-lagu Mambesak tak sekadar hiburan, melainkan bentuk perlawanan budaya dan penguatan identitas Papua di tengah arus perubahan.

Peringatan 47 tahun Mambesak tahun ini mengusung semangat “Menyanyi untuk Hidup, Dulu, Kini, dan Hari Esok Selamanya.” Sebuah semboyan yang menggugah kesadaran generasi muda Papua untuk terus melestarikan warisan budaya Melanesia yang autentik dan bermartabat.

Momentum ini juga menjadi pengingat penting bagi negara dan dunia bahwa pengakuan terhadap identitas budaya harus disertai dengan keadilan historis. Mambesak bukan hanya grup musik, melainkan simbol keteguhan rakyat Papua dalam menjaga jati dirinya.

(Udir Saiba)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *