Jerat Fakta | Bintuni, Papua Barat — Dalam rangka memperingati Hari Internasional Masyarakat Adat, Orang Muda Katolik (OMK) Kampung Masina, Teluk Bintuni, menggelar seminar bertema “Wilayah Adat sebagai Formasi untuk Ketahanan Pangan”. Kegiatan ini dihadiri sejumlah tokoh, termasuk Yustina Ogeney, S.E., M.M., yang juga dikenal sebagai aktivis lingkungan dari Distrik Merdey.
Yustina hadir sebagai narasumber atas undangan resmi panitia penyelenggara. Kepada awak media Jerat Fakta, Jumat (08/08/2025), ia menyampaikan apresiasi atas inisiatif OMK yang mengajak generasi muda untuk memahami pentingnya pelestarian wilayah adat demi masa depan ketahanan pangan masyarakat.
Dalam paparannya, Yustina menekankan bahwa sinergi antara orang tua, pemuda, dan semua pihak merupakan kunci keberhasilan menjaga hutan adat. “Hutan adat adalah warisan berharga yang harus kita jaga dari sekarang untuk anak cucu kita kelak,” ujarnya.
Selain hutan adat, ia juga menyoroti peran penting hutan mangrove di wilayah pesisir Teluk Bintuni. Menurutnya, mangrove bukan hanya pelindung ekosistem pantai, tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat jika dikelola dengan baik.
“Pelestarian hutan mangrove akan berdampak langsung pada perekonomian masyarakat, terutama dalam hal hasil laut dan potensi ekowisata,” terang Yustina. Ia mengajak seluruh stakeholder, termasuk pemerintah daerah, untuk berkolaborasi secara berkelanjutan.
Seminar ini diisi dengan diskusi interaktif, di mana peserta yang mayoritas pemuda diajak berdialog mengenai strategi menjaga hutan adat di tengah tantangan modernisasi dan eksploitasi sumber daya alam. Para pemuda juga didorong untuk menjadi garda terdepan dalam gerakan pelestarian lingkungan.
Kegiatan di Kampung Masina ini diakhiri dengan komitmen bersama untuk menjaga kelestarian hutan adat dan hutan mangrove sebagai penopang utama ketahanan pangan serta keberlangsungan hidup masyarakat adat di Teluk Bintuni.
(Roberto Yassie)