Mahasiswa Sorong Selatan di Manokwari Serukan Pentingnya Menjaga Lingkungan Sehat dan Bersih

Jerat Fakta | Manokwari, Papua Barat – Mahasiswa asal Sorong Selatan yang sedang menempuh pendidikan di Manokwari menekankan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan yang sehat dan bersih. Seruan ini disampaikan dalam kegiatan diskusi mahasiswa yang berlangsung di Asrama Sorong Selatan, Selasa malam (19/8/2025).

Pemimpin Redaksi Jerat Fakta, dalam liputannya, menyebut bahwa pesan yang dibawa mahasiswa ini bukan hanya sekadar ajakan, tetapi juga sebuah gerakan positif yang berdampak luas bagi kehidupan bersama. Mereka menilai lingkungan yang sehat merupakan kunci terciptanya kualitas hidup yang lebih baik.

Dalam diskusi tersebut, mahasiswa memaparkan konsep dasar ilmu lingkungan. Menurut mereka, ilmu lingkungan adalah bidang yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia, makhluk hidup lain, dan lingkungannya. Pemahaman ini sangat relevan untuk membangun kesadaran generasi muda terhadap kondisi bumi saat ini.

Lingkungan hidup sendiri dijelaskan sebagai satu kesatuan ruang yang meliputi semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya. Faktor-faktor ini saling berkaitan erat dalam memengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia maupun organisme lainnya.

Marten Sreklefat, salah satu mahasiswa asal Sorong Selatan, menguraikan pula mengenai cabang ilmu ekologi. Ekologi, kata dia, adalah ilmu yang fokus pada interaksi antara organisme dengan lingkungannya, baik dengan komponen biotik (makhluk hidup) maupun abiotik (tanah, air, udara, cahaya matahari).

“Tujuan utama ilmu lingkungan adalah menumbuhkan kesadaran, tanggung jawab, serta kepedulian kita terhadap lingkungan, sekaligus memberi solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi,” ujar Marten kepada Jerat Fakta.

Ia kemudian memaparkan dua komponen penting lingkungan hidup. Pertama, komponen biotik yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme. Kedua, komponen abiotik yang mencakup tanah, air, udara, cahaya matahari, hingga unsur hara. Keduanya saling berinteraksi dan menentukan keseimbangan ekosistem.

Selain itu, mahasiswa juga menyoroti prinsip-prinsip dasar ekologi, yakni keterkaitan, keseimbangan, keragaman hayati, dan kelestarian. Mereka menekankan bahwa semua komponen lingkungan tidak bisa berdiri sendiri, melainkan saling memengaruhi satu sama lain.

Dalam konteks permasalahan lingkungan, Marten menyebut pencemaran, deforestasi, perubahan iklim, serta hilangnya keragaman hayati sebagai tantangan serius. Semua itu menurutnya disebabkan oleh ulah manusia yang kurang bijak dalam mengelola sumber daya alam.

“Kerusakan hutan, polusi udara dan air, hingga perburuan liar telah memperparah kondisi lingkungan. Jika tidak segera ditangani, generasi mendatang akan menanggung dampak buruknya,” tegas Marten.

Namun, mahasiswa asal Sorong Selatan juga menawarkan solusi. Di antaranya konservasi sumber daya alam, pengelolaan limbah yang tepat, serta penerapan teknologi ramah lingkungan. Mereka menekankan bahwa solusi tersebut harus dijalankan secara kolektif, tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga masyarakat luas.

Dalam bidang pendidikan, mereka menilai ilmu lingkungan penting untuk diajarkan secara lebih intensif. Pendidikan ini dapat membantu mahasiswa memahami isu lingkungan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, sekaligus melatih kemampuan berpikir kritis dan komunikasi dalam menyuarakan kepedulian lingkungan.

“Melalui pendidikan, kita bisa membentuk sikap positif dan perilaku ramah lingkungan. Mahasiswa diharapkan menjadi agen perubahan yang mampu memberi contoh baik di tengah masyarakat,” tambah Marten.

Di akhir diskusi, mahasiswa menegaskan bahwa lingkungan bukan hanya soal alam bebas, tetapi juga mencakup tempat tinggal seperti asrama. Asrama, kata mereka, adalah rumah kedua yang harus dijaga kebersihannya karena menjadi pusat belajar dan hidup bersama.

“Menjaga asrama berarti kita juga belajar bertanggung jawab terhadap lingkungan terkecil kita. Dari hal kecil ini, kita bisa melangkah lebih besar untuk menjaga bumi,” pungkas Marten Sreklefat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *