Bintuni, Jerat Fakta — Dua kampung di Distrik Fafurwar, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, yakni Kampung Riendo dan Maryedi, tengah memanfaatkan anggaran Dana Desa tahap pertama untuk membangun fasilitas dasar kampung. Hal ini disampaikan oleh Kepala Kampung Riendo, Rudolof Sarigama, bersama pemimpin kampung pemekaran Maryedi, Fruata.
Keduanya menjelaskan bahwa Riendo merupakan kampung induk dengan sejumlah kampung pemekaran, antara lain Wararoma, Tarofa, Mabriema, dan Moniara. Mayoritas penduduk di tujuh kampung ini beragama Kristen Katolik. Meski demikian, keterbatasan infrastruktur masih menjadi persoalan utama dalam mendukung pembangunan.
Pada Rabu (17/9/2025), terlihat bahan bangunan dari Kampung Induk Riendo dibongkar di pelabuhan kecil dekat Pompa Bensin Pasar Sentral Bintuni dengan bantuan tenaga manusia asal Kampung Wararoma. Bahan tersebut akan dibawa menuju Distrik Fafurwar menggunakan jalur laut dan darat yang memakan biaya besar.
“Transportasi dari Bintuni ke Yaruh, lalu ke Fafurwar, selalu menghabiskan dana kampung. Karena itu masyarakat sering kali tidak bisa menikmati penggunaan dana kampung secara maksimal,” ujar Sarigama.
Hal senada disampaikan Roberto Yassie, warga Kampung Induk Riendo. Ia menuturkan pengalaman berjalan kaki dari Taniba, Distrik Kaitaro, menuju Riendo akibat jalan perusahaan yang rusak parah. Menurutnya, kondisi ini sudah berlangsung lama dan masih sama seperti yang dialami leluhur mereka.
“Jaraknya sekitar 30 kilometer. Saya berharap Bupati Teluk Bintuni, Yohanis Manibuy, bisa memperhatikan pembangunan jalan dari Riendo ke Taniba. Jangan hanya fokus di Distrik Kota Bintuni yang sudah ada pengaspalan,” kata Roberto.
Ia berharap pembangunan jalan tersebut segera terealisasi sehingga akses masyarakat Fafurwar tidak perlu jauh-jauh melewati Yaruh atau Aroba.
“Kalau jalan ini diperbaiki, dari Fafurwar bisa langsung ke Pelabuhan Taniba, lalu ke Babo dan Bintuni hanya tinggal menyebrang. Semoga suara kami terdengar oleh Bupati,” pungkasnya.
(Roberto Yassie)