Aktivis Papua Geram, Ibu Hamil Meninggal Setelah Ditolak Sejumlah RS di Jayapura

Jerat Fakta | Jayapura – Aktivis Papua mengecam keras tindakan sejumlah rumah sakit di Kota Jayapura yang diduga menolak pelayanan terhadap seorang ibu hamil hingga mengakibatkan korban bersama bayi yang dikandungnya meninggal dunia. Peristiwa tragis ini memicu kemarahan publik, terutama dari para pegiat kemanusiaan di Papua.

Ketua LSM WGAB Papua, Yerry Basri Mak, SH, MH, menyampaikan rasa sedih dan geram atas perlakuan yang dinilainya tidak manusiawi tersebut.

“Sejumlah rumah sakit di Kota Jayapura telah melanggar prinsip dasar pelayanan kesehatan dengan menolak pasien dalam kondisi darurat,” ujar Yerry kepada wartawan. Jumat, (21/11/2025).

Menurut Yerry, tindakan pihak rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta, yang berdalih dengan berbagai alasan administratif atau teknis sehingga menolak pasien, merupakan ironi besar dalam dunia kesehatan.

“Terlebih, pasien merupakan perempuan asli Papua yang sedang mengandung dan membutuhkan penanganan cepat,” kata Yerry.

Lebih mengejutkan lagi, Yerry mengungkap adanya laporan bahwa salah satu rumah sakit meminta uang sebesar Rp8 juta sebelum mengambil tindakan operasi terhadap korban.

Menurutnya, praktik seperti ini tidak hanya melanggar etika medis, tetapi juga dapat dikategorikan sebagai tindak pidana jika mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang.

Ia menegaskan bahwa rumah sakit, baik negeri maupun swasta, memiliki kewajiban moral dan hukum untuk menyelamatkan nyawa terlebih dahulu, bukan sebaliknya.

“Pihak rumah sakit harus melihat nyawa pasien dulu. Jangan menolak, dan jangan meminta uang lebih dulu. Selamatkan dulu nyawa pasien,” tegas Yerry.

Atas kejadian ini, aktivis Papua tersebut mendesak Gubernur Papua untuk turun langsung mengevaluasi kinerja rumah sakit pemerintah yang diduga menolak pasien ibu hamil hingga meninggal dunia.

“Pemerintah daerah tidak boleh tinggal diam melihat praktik yang membahayakan masyarakat asli Papua,” tambahnya lagi.

Yerry juga meminta agar seluruh tenaga medis yang sedang bertugas pada saat kejadian dicopot dari jabatannya.

“Tindakan tegas perlu dilakukan untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang dan agar rumah sakit lebih mengedepankan kemanusiaan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,” pungkasnnya.

(Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *